-->

Thursday 2 February 2017

Asal Mula Kota Ajibarang batch 2 (Rumput hijau ala Permadani)


Suatu ketika, adipati Munding Wilis dan istrinya menyamar sebagai petani kecil, pergi meninggalkan kadipaten. Semula mereka bertekad ke gunung Mruyung, tempat perkampungan para pemberontak untuk mencari bayinya. Namun niat itu diurungkan mengingat bahaya yang membawa resiko besar mereka pun berjalan ke arah lain.
Bayi yang masih merah itu kini sudah sampai di Gunung Mruyung. Dedengkot berandal Abulawang dan istrinya memang belum di karuniai anak. Bayi yang dibawa itu diberi nama Jaka Mruyung. Dari tahun ke tahun Jaka Mruyung pun tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan. Kepribadiannya menarik dan hatinya baik. Berbeda dengan tindakan kedua orangtua angkatnya yang pekerjaanya perampok dan berjudi.
Karena tidak senang melihat tingkah laku kedua orang tua angkatnya, diam-diam Jaka Mruyung meninggalkan rumahnya. Dengan menunggang kuda Dawuk Ruyung dan membawa perbekalan yang cukup, Jaka Mruyung menuju ke arah timur. Sekian lama naik turun Gunung, keluar masuk kampung, sampailah Jaka Mruyung dikawasan Dayeuhluhur. Di sana Jaka Mruyung bertemu dengan seorang pemilik kuda. Ia pun sempat menginap di rumah itu. Ternyata kakek pemilik kuda ini bukan orang sembarangan. Ia bekas Prajurit Kerajaan Majapahit dan kini menjadi seorang Mranggi, Jaka Mruyung banyak mendapat pelajaran dan pengalaman. Membaca, menulis, membuat keris, dan ilmu keprajuritan telah dikuasainya. Setelah enam tahun Jaka Mruyung pun pamit dan berpesan kepada Ki  Mranggi agar pedukuhan ini sepeninggalnya kelak diberi nama Dukuh Penulisan, karena di tempat inilah ia bisa menulis.

Setelah berhari-hari menempuh perjalanan jauh,   sampailah di perbatasan Kadipaten Kutanegara. Di tempat itu ia pun melepas kan lelahnya. Sambil memuji kebesaran Tuhan ia menyakaikan keindahan alam sekitarnya. Si Dawuk Ruyung yang sudah tua itu makan rumput sekenyang-kenyangnya. Jaka Mruyung memandang rumput hijau itu bagaikan permadani yang digelar (dalam bahasa Jawa gumelar). Tempat itu kemudian disebut dukuh Gumelar.

No comments:

Post a Comment